Yun Seong berkata pada Da Jin, kokpit tidak membutuhkan orang yang mencoba melakukan yang terbaik karena siapa pun bisa melakukannya.
Nyawa para penumpang hanya bisa dipercayakan pada orang dengan standar tinggi hanya orang yang terbaik yang memenuhi syarat untuk berada di kokpit
Han Da Jin sama sekali tak menjawab, dia hanya menatap Kim Yun Seong dengan mata menahan amarah dan penuh percaya diri, Yun Seong memperhatikan Da Jin yang sama sekali tidak bereaksi lalu berkata kau tidak memenuhi syarat. Yun Seong lalu pergi meninggalkan Da Jin yang masih diliputi amarah bersama Hong Mi Joo dan manejer bagian personalia.
Manajer personalia mendapat telepon dari direktur Wings Air yang meminta Kim Yun Seong untuk menemuinya di kantor.
Manajer personalia pun memberitahukan hal itu pada Kim Yun Seong sebelum sang kapten yang dingin itu pergi.
Kim Yun Seong menemui direktur di kantornya, direktur meminta maaf karena sudah membuat Kim Yun Seong mendapat hukuman di hari pertama dia di pindahkan ke Wings Air, direktur bilang dia akan mengambil tanggung jawab untuk masalah ini. Direktur pun menitipkan Han Da Jin pada Kim Yun Seong agar Yun Seong mau melatihnya meskipun dia bukan satu-satunya pilot wanita di Wings Air tapi direktur merasa Han Da Jin bisa menjadi pilot yang sukses.
Kim Yun Seong hanya bengong dan berkata ya tidak bisa berkata apa-apa tentang betapa cerobohnya Han Da Jin pada direktur.
Da Jin berjalan pulang ke rumah dengan hati galau, dia memikirkan kembali kata-kata Kim Yun Seong yang menyebutnya pilot terburuk dari yang terburuk, dia terus berjalan dengan lelah dan terus menghembuskan nafasnya.
Tapi dia kaget, saat melihat seorang gadis kecil menangis di luar pintu gerbang, dia adalah Ppo Song, adik kecil Da Jin yang lahir di pesawat 7 tahun lalu.
Da Jin langsung berlari menuju sang adik yang tengah menangis sambil memeluk boneka kelincinya, Ppo Song panggil Da Jin sambil berlari.
Ppo Song : Eonni.
Da Jin : Ppo Song mengapa kau menangis? mana bibi?
Ppo Song : aku tidak tahu (masih dengan sambil menangis).
Da Jin : kau tidak tahu?
Ppo Song hanya terus menangis.
Da Jin mendengar suara barang-barang dilempar dari dalam rumahnya, Da Jin terkejut saat mengetahui para penagih hutang sedang mengobrak-abrik isi rumahnya, Da Jin segera menutup mata Ppo Song dan membawanya keluar rumah.
Da Jin berkata pada Ppo Song bahwa mereka adalah teman-teman bibi Yang Mal Ja, Da Jin akan berbicara dengan mereka dan meminta Ppo Song untuk menunggu di luar sambil menghitung dari 1 hingga 100.
Ppo Song pun mengangguk tanda dia mengerti apa yang diperintahkan kakaknya.
Da Jin masuk ke halaman rumah dan berbicara dengan para penagih hutang, Da Jin bertanya pada pemimpinnya apa yang sedang mereka lakukan.
Penagih hutang itu berkata bahwa bibinya meminjam uang 1 Juta won dari mereka, penagih hutang meminta Da Jin segera membayarnya, Da Jin berkata jika bibinya yang meminjam mengapa dia yang harus membayar?
Ppo Song sudah menghitung hingga belasan saat penangih hutang memperlihatkan surat pinjaman hutang bibinya dan di situ ada nama Han Da Jin sebagai penjaminnya, Da Jin terkejut namun dia berusaha mengelak bahwa dia tidak bersedia membayar hutang bibinya itu.
Penagih hutang marah dan menyuruh anak buahnya untuk mulai menghancurkan barang-barang milik Da Jin, mereka mulai menghancurkan barang-barang itu yang pertama mereka hancurkan adalah foto keluarga Da Jin bersama ayah dan ibunya.
Da Jin terkejut apalagi saat dia melihat sang pemimpin menginjak foto keluarga yang figuranya sudah hancur.
Da Jin berusaha menghalangi penagih hutang untuk menghancurkan barang-barangnya tapi mereka menahan Da Jin dan mendorongnya hingga tersungkur.
Ppo Song mendengar hal itu dan berteriak memanggil Da Jin, dia masuk ke dalam halaman rumah dan menggigit kaki sang penagih hutang yang langsung berteriak kesakitan, penagih hutang marah dan mengangkat Ppo Song. Lalu berniat menjatuhkannya dengan keras namun Da Jin langsung bertindak dan menahan Ppo Song untuk langsung terjatuh. Da Jin kesal pada tingkah sang penagih hutang dia pun mulai menyerang si penagih hutang sementara Ppo Song hanya bisa menangis melihat sang kakak berkelahi dengan penagih hutang sambil menginjak-nginjak foto orang tuanya dan juga boneka kesayangannya.
Direktur Wings Air mengantarkan Kim Yung Seong ke rumah barunya yang tidak jauh dari bandara, direktur berkata bahwa banyak pilot yang tinggal disini dan berkata apakah ini pertama kalinya Yun Seong berada di daerah ini Yun Seong bilang saat kecil dia pernah tinggal di daerah tersebut.
Lalu sebuah mobil datang dan berhenti di depan rumah yang ada di sebrang rumah yang akan ditinggali Yun Seong, direktur dan Yun Seong pun memperhatikan mobil tersebut wakil Direktur Wings Air, Hong In Tae keluar dari mobilnya.
Direktur memanggilnya dan memperkenalkannya pada Yun Seong, Hong In Tae menatap Yung Seong dengan tidak senang, Yun Seong pun menatap Hong In Tae dengan terkejut.
Direktur memperkenalkan Yun Seong sebagai kapten pilot baru di perusahaan mereka yang pernah menyelamatkan nyawa direktur saat dia terkena serangan jantung dalam pesawat, Kim Yun Seong memberi salam pada Hong In Tae. Direktur menitipkan Yun Seong pada Hong In Tae dan memintanya mengirimkan Kimchi pada Yun Seong karena mereka akan jadi tetangga, direktur pun pamit untuk pulang dan meninggalkan Hong In Tae dan Kim Yun Seong berdua saja.
Hong In Tae menatap Yun Seong dengan tidak senang saat Yun Seong mengantar kepergian direktur saat Yun Seong pamit padanya Hong In Tae seolah tidak sudi melihat Yun Seong dan langsung mengalihkan pandangannya. Yun Seong bersiap masuk ke dalam rumahnya setelah pamit pada Hong In Tae namun lelaki tua itu berkata padanya apakah mungkin Yun Seong berhenti dan menghela nafas, dia kembali menghadap Hong In Tae yang kini bergunam pada dirinya sendiri lupakanlah itu tidak mungkin.
Yun Seong sepertinya sadar apa yang dikhawatirkan oleh Hong In Tae, dia pun kembali menyapa Hong In Tae saat Hong In Tae berniat masuk ke dalam rumahnya, Sudah lama kita bertemu.
Hong In Tae lansung berhenti dan sadar bahwa dugaannya benar namun dia masih ingin menyangkalnya, dia pun bertanya pada Yun Seong kapan kita pernah bertemu? Yun Seong berkata sepertinya anda tidak mengingatnya dulu kita tinggal bersama hampir 2 tahun lamanya. Apakah anda mengingatnya? Hong In Tae menghela nafas dan berkata siapa yang tahu itu sudah berlalu sangat lama aku bahkan bisa lupa dengan siapa aku sarapan pagi ini. Bagaimanapun senang bertemu denganmu, Hong In Tae kemudian pamit meninggalkan Yun Seong yang menatapnya dengan sedih.
Hong In Tae berdiri di depan pagar rumahnya sambil melihat Yun Seong yang naik ke kamar apartemen yang ada di depan rumahnya.
Yun Seong yang sedang berjalan merasa ada yang memperhatikan kemudia terdiam sejenak dan berbalik menatap Hong In Tae namun dia akhirnya meneruskan perjalanannya, Hong In Tae kemudian terlihat sangat sedih setelah melihat Yun Seong.
Air dingin mengguyur tubuh Yun Seong yang menikmati waktu mandinya.
Sebuah luka bakar besar terpampang jelas di punggung Yun Seong yang sedang memikirkan masa lalunya, luka bakar itu sepertinya dia dapatkan dari masa kecilnya yang kembali ia ingat setelah pertemuannya dengan Hong In Tae hari ini.
Sementara Hong In Tae sedang menatap foto keluarganya besama sang istri dan Hong Mi Joo yang masih kecil, Hong Mi Joo datang membawa kantung belanjaan dan heran dengan sikap ayahnya yang tidak menyadari kedatangannya.
Hong Mi Joo pun mendekati sang ayah dan langsung memeluknya sambil memanggilnya Daddy, Hong In Tae terkejut lalu bertanya apakah Mi Joo sudah makan malam. Mi Joo berkata dia sudah makan diluar dia balik bertanya apakah ayahnya sudah makan Hong In Tae menjawab dia pun sudah makan inikan sudah sangat larut.
Hong Mi Joo mengagumi sebuah gaun yang baru dibelinya hari ini dia kemudian mencoba gaun tersebut dan terlihat puas saat melihat pantulan dirinya di cermin.
Namun saat dia melihat lengannya ada sebuah luka bakar yang sangat besar disana.
Luka itu membuatnya mengenang masa kecilnya.
Mi Joo kecil berada dalam sebuah ruangan yang penuh api, dia memanggil-manggil ayahnya sambil menangis, seorang anak laki-laki yang umurnya tidak jauh dengan Mi Joo kecil datang dan mencoba melindungi Mi Joo dari api yang mulai menyambar kemana-mana diruangan itu.
Anak laki-laki itu menyadari Mi Joo telah mendapatkan luka bakar, dia mencoba membawa Mi Joo yang terus menangis untuk keluar dari ruangan itu sialnya sebuah lemari kayu yang sanggahannya telah terbakar, menimpa mereka. Anak laki-laki itu berusaha melindungi Mi Joo dan merelakan punggungnya tertimpa lemari kayu yang tengah terbakar oleh api yang berkobar.
Mi Joo mencoba melupakan masa lalunya itu dan memegang luka bakarnya.
Sampai saat ini dia sepertinya masih trauma dengan kejadian itu dan akan selalu mengingatnya setiap kali melihat luka itu dilengannya.
Di rumahnya yang berantakan, Da Jin kini berbaring di pelukan Ppo Song yang sangat mengkhawatirkannya Eonni baik-baik saja kan? tanya Ppo Song sambil membersihkan luka-luka di wajah Da Jin yang langsung menjawab aku baik-baik saja. Apakah Ppo Song pun baik-baik saja? Ppo Song menangis dan menjawab aku pun baik-baik saja sedikitpun tidak terluka Da Jin bersyukur bahwa Ppo Song baik-baik saja dan mengelus kaki kecil sang adik, Ppo Song bertanya apakah paman jahat akan datang lagi Da Jin langsung menatap sang adik.
Da Jin : bukankah kau sudah melihatnya? Eonni memberikan tendangan melayang pada mereka sepertinya tulang rusuk mereka hancur, mereka tidak akan berani datang lagi
Ppo Song : ini semua karena bibi kan? aku benci bibi Yang Mal Ja
Da Jin : aku juga membencinya, Yang Mal Ja saat kita membenci Yang Mal Ja, mari kita mencuci ‘yang-mal’ (yang mal dalam bahasa korea berarti kaos kaki).
Da Jin dan Ppo Song pun bernyanyi riang sambil menginjak-nginjak baskom yang berisi cucian kaos kaki mereka, Yang Mal Ja melihat mereka dari balik tembok pagar rumah, dia tidak berani mendekati kedua keponakannya.
Yang Mal Ja menangis dan berkata maafkan aku, Da Jin, Ppo Song.
Dalam cuaca dingin, Da Jin membereskan barang-barangnya yang berantakan karena dirusak penagih hutang, dia menemukan salah satu CD lagu milik bibinya dimana Yang Mal Ja berubah nama menjadi penyanyi Yang Ma Ri. Da Jin mengambil CD itu dan membersihkan covernya yang tertutup tanah, Da Jin melihat wajah bibinya, dia menghela nafas dan bergunam Yang Mal Ja, aku harap kau hidup dengan baik dan tidak sakit apapun
Da Jin menemui Choi Dal Ho, teman ayahnya yang bekerja sebagai aviator di Wings Air, Choi Dal Ho bertanya tentang luka di wajah Da Jin, Da Jin hanya menghela nafas dan bertanya apakah bibinya menghubunginya? paman Choi mengangguk. Da Jin menyerankan supaya paman Choi mengganti nomor ponselnya agar bibinya tidak terus menganggunya, paman Choi berkata bahwa bibinya menanyakan kabarmu saat baru-baru ini menghubunginya. Da Jin diam sejenak dan meminta paman Choi menyampaikan pada bibinya untuk makan tepat waktu dan hidup yang baik, paman Choi tidak yakin bagaimana keadaan Yang Mal Ja yang pasti dia pasti menyanyi di suatu tempat.
Paman Choi menawarkan Da Jin untuk tinggal di rumahnya agar Da Jin bisa menghemat uang sewa rumah meskipun rumahnya tidak besar tapi cukup bersih untuk ditempati, Da Jin berkata bahwa dia janji pada ayahnya untuk menjaga Ppo Song dengan baik. Paman Choi pun menawarkan bahwa mereka bisa menjaga Ppo Song bersama-sama karena dia lebih punya waktu, Da Jin tertawa lalu berpikir, dia akan pindah ke rumah paman Choi saat dia tidak lagi memiliki apapun.
Da Jin datang ke kantor Wings Air dengan wajah penuh senyuman dan memberikan sebuah laporan pada petugas jaga, Da Jin melihat Kim Yun Seong yang sedang duduk di ruang tunggu petugas jaga bilang kapten Kim saat ini berada dalam status standby karena masalah yang ditimbulkan Da Jin kemarin.
Padahal dengan reputasinya saat ini dia tidak perlu mendapatkan hal ini Da Jin melihat Kim Yun Seong dan mendekatinya, Da Jin mencoba menyapanya namun Kim Yun Seong mengabaikannya.
Da Jin berusaha sekali lagi hingga dia duduk disamping Yun Seong yang masih saja mengabaikannya meskipun sempat melihatnya dengan tatapan tidak senang petugas penjaga berkata bahwa tidak ada jadwal untuk penerbangan hari ini.
Kim Yun Seong mengerti dan bersiap pulang Da Jin minta maaf karena Yun Seong berada dalam status standby karena ulahnya jadi dia pun akan berada dalam status standby juga.
Kim Yun Seong masih tidak mempedulikan Da Jin dan pergi meninggalkan ruang tunggu Da Jin mengikutinya dan bertanya Yun Seong akan pergi kemana jika hari ini tidak ada penerbangan mengapa Yun Seong tidak mengajarinya satu atau dua tentang menjadi pilot yang handal.
Yun Seong tertawa mendengar permintaan Da Jin.
Dia akhirnya berbalik pada Da Jin dan bertanya apakah kau akan menjadi lebih baik setelah aku mengajarimu satu hal? Da Jin menatap Yun Seong dengan penuh semangat kalau begitu ajari aku dua hal Yun Seong menatap Da Jin dari ujung kaki hingga ujung kepala, dia bertanya lagi lalu apa yang aku dapatkan sebagai balasannya? dengan penuh keyakinan Da Jin menjawab aku akan menjadi kapten pilot yang menakjubkan lalu tertawa bahagia.
Yun Seong malah tertawa sinis mendengarnya lalu menatap Da Jin dengan pandangan meremehkan tanpa berkata apapun dia hanya meninggalkan Da Jin begitu saja.
Kemanakah Yun Seong pergi menghabiskan waktu luangnya? ternyata dia pergi ke kantor Mirae Air tempat dia dan kapten Han bekera dulu dia menatap sebuah pesawat pajangan yang dulu sempat dipandanginya dengan penuh senyuman tapi kini dia menatap miniatur pesawat itu dengan pandangan sedih.
Yun Seong pergi ke bagian staf perusahaan Mirae Air dan berkata bahwa dia sedang mencari kapten Han Gyu Pil, seorang pilot yang dia tanya sedikit terkejut mendengar pertanyaan Yun Seong.
Pilot itu berdiri, Yun Seong bertanya apakah kapten Han sedang terbang? pilot tersebut menyela dan berkata bahwa kapten Han sudah lama meninggalkan Mirae Air, Yun Seong terkejut mendengar hal ini pilot tersebut akhirnya menjelaskan bahwa kapten Han telah meninggal dunia.
Yun Seong langsung syok mendengar kabar ini dia bertanya apa maksudnya itu? pilot tersebut tidak menjawab dan hanya menunduk saja dia juga bingung bagaimana harus menjelaskannya. Sekali lagi Yun Seong bertanya tapi kini dengan emosional, aku tanya padamu apa maksudnya? tapi pilot tersebut tidak juga menjawab.Yun Seong akhirnya mendatangi makan kapten Han yang disemayamkan disamping istrinya sepertinya Yun Seong mendengar lokasi pemakaman ini dari pilot Mirae Air yang ditemuinya tadi.
Yun Seong berkata sambil menangis di hadapan nisan kapten Han dan istrinya, aku telah kembali akhirnya maafkan aku terlambat untuk kembali maafkan aku, maafkan aku, Yun Seong terus menerus meminta maaf sambil menangis.
Ppo Song menendang selimut dalam tidurnya hingga kakinya keluar dari selimut, Da Jin terbangun karena hal itu dia memegang kaki kecil Da Jin dan menciumnya dengan gemas.
Da Jin memasukan kaki Ppo Song ke dalam selimut dan memeluk adiknya yang masih tertidur dengan penuh kasih sayang, Da Jin mencium pipi Ppo Song dengan penuh senyum diwajahnya.
Yun Seong masih berlutut di depan nisan kapten Han dan istrinya, dia terlihat sangat terpukul atas kematian kapten Han hingga tidak berani beranjak dari makam tersebut bahkan saat hari telah larut malam, Yun Seong hanya bisa menatap makam itu dengan wajah sedih.
Pagi hari yang cerah di bandara Incheon, Da Jin berjalan sambil membawa Ppo Song untuk pergi bekerja Da Jin membawa barangnya dalam koper dinas sementara Ppo Song membawa barangnya dalam koper kecil berwarna pink. Sepertinya Da Jin akan menitipkan Ppo Song dirumah paman Choi saat dia melakukan sebuah penerbangan.
Da Jin berjalan dibelakang Ppo Song dengan wajah bahagianya saat sampai dikursi dekat mesin penjual minuman, Ppo Song duduk dikursi tersebut Da Jin memberikan susu botol pada Ppo Song kemudian pamit untuk pergi ke toilet dan meminta Ppo Song untuk menunggunya ditempat itu. Ppo Song mengengguk kemudian mulai meminum susu yang diberika Da Ji yang segera pergi ke toilet.
Ppo Song duduk dengan manis sambil meminum susunya tiga orang pramugari datang dan berhenti di depan mesin penjual minuman untuk membeli minuman dari mesin itu Ppo Song yang kebetulan ada dsitu memperhatika para pramugari tersebut.
Juga saat Dong Soo datang dengan lollipop di mulutnya dan tiba-tiba meminta uang 300 won pada Lee Joo Ri, salah seorang pramugari tercantik dari mereka bertiga. Joo Ri langsung menatap tidak senang pada Dong Soo dan mencibir tingkah Dong Soo pada dua orang temannya sambil berkata dia melakukannya lagi
Joo Ri lalu menghadap ke arah Dong Soo dan berbicara padanya dengan nada manis, hallo, petugas Kang Dong Soo, kau harus membawa sendiri uang recehanmu lama-lama tingkahmu membuat frustasi Joo Ri akhirnya mengubah nada bicaranya menjadi setengah kesal. Dong Soo tidak senang dengan komentar Joo Ri, dia pun berkata ah benar-benar kenapa pelit sekali kelak aku akan memberikan, daddadada double untukmu Dong Soo mengatakan ‘dadadada double’ dengan penuh semangat, Joo Ri tetap tidak tertarik dan langsung berkata.
Pergilah mencari orang lain Joo Ri segera mengajak teman-temannya pergi dan tak lagi mepedulikan Dong Soo, teman Joo Ri berkata tentang Dong Soo, dia seperti hantu mengapa dia selalu menganggu saat kita membeli kopi. Ketiga pramugari itupun pergu meninggalkan Dong Soo yang bergumam akh para Eonni itu aku serius saat akan mengganti double uang mereka
Dong Soo berniat membeli minuman tapi dia melihat Ppo Song yang memperhatikannya sejak tadi.
Mereka saling berpandangan.
Dong Soo mendekati Ppo Song dan jongkok dihadapan gadis cilik yang duduk di kursi itu hingga posisi mereka kini sepadan, Dong Soo mengulum lolipopnya sambil memperhatikan Ppo Song yang terus menatapnya. Dong Soo bertanya mengapa kauterus melihatku, nona kecil? Ppo Song tidak menjawab dan hanya terus menatap Dong Soo, membuat Dong Soo semakin penasaran dan bertanya lagi kenapa? apakah aku sangat tampan?
Dengan polos Ppo Song langsung berkata aku tidak punya uang 300 won, Dong So terkejut mendengar jawaban Ppo Song apalagi saat Ppo Song melanjutkan jadi jangan berbicara denganku Dong Soo tertawa, dia pun mendekati Ppo Song mencoba menjelaskan tingkahnya pada Min Ah tadi.
Sayangnya belum sempat Dong Soo menjelaskan apapun Da Jin datang dengan terburu-buru menghampiri Ppo Song sambil berlari saat sampai dihadapan Ppo Song, Da Jin berhenti Ppo Song tersenyum menyambut kakaknya.
Dong Soo melihat Da Jin yang melihat bingung ke arahnya, seolah bertanya sedang apa kau dengan Urri Ppo Song.
Tanpa berbicara apa-apa pada Dong Soo, Da Jin segera menggendong Ppo Song dan memberdirikannya di atas kursi lalu dia menggendong Ppong Soo dengan gaya tidak biasa. Da Jin segera pergi meninggalkan Dong Soo sambil sekalian membawa kopernya dan koper Ppo Song baru beberapa langkah, Da Jin berbalik ke arah Dong Soo dan menatapnya dengan padangan meremehkan.
Dong Soo kesal melihat tingkah Da Jin, dia bergunam pada dirinya, orang itu mengapa dia memandangku seperti itu?
Da Jin membawa Ppo Song sambil menahan rasa kesalnya karena bertemu lagi dengan Dong Soo hari ini Ppo Song berkata Eonni, Oppa itu seperti pecundang, dia terus berkata 300 won, 300 won terus menerus Da Jin berkomentar maka. Pelajaran hari ini adalah jika kau hidup seperti itu, itu sama saja dengan seorang pengemis apakah kau mengerti? Ppo Song menjawab dengan gunamannya mendakan dia mengerti apa yang dikatakan Eonni nya itu Da Jin pun terus berjalan pergi sambil menggendog Ppo Song.
Dong Soo memperhatikan Da Jin dari kejauhan lalu baru menyadari sesuatu tapi apa itu dia seorang ibu? katanya sambil tertawa.
Yun Seong datang ke kantor Wings Air dan mengisi absen kehadirannya hari ini Yun Seong melihat Da Jin dan adiknya, petugas jaga memberitahu Yun Seong bahwa co-pilot Han Da Jin pun berada dalam status standby.
Yun Seong tidak memberi tanggapan dan terus menatap Da Jin yang sedang bersama Ppo Song tanpa diminta petugas jaga berkata bahwa sejak kematian orang tuanya, Da Jin mengurus adiknya sendirian itulah mengapa dia selalu terlihat bercahaya dan penuh semangat. Yun Seong mulai tertarik dengan kata-kata petugas jaga dan menatapnya lalu dia kembali menatap Da Jin dan Ppo Song.
Da Jin menyadari kehadiran Yun Seong, dia langsung membimbing Ppo Song berdiri untuk memberi salam pada Yun Seong.
Yang langsung dibalas oleh Yun Seong yang sepertinya mulai sedikit iba pada Da Jin.
Yun Seong, Da Jin dan Ppo Song duduk bersama di ruang tunggu untuk mendapatkan panggilan terbang mereka, Da Jin dan Yun Seong yang bisa terjadi kapan saja Da Jin dan Yun Seong asyik membaca sementara Ppo Song asyik memperhatikan Yun Seong sepertinya Ppo Song sangat tertarik pada sosok Yun Seong.
Da Jin menyadari adiknya sejak tadi terus memandangi Yun Seong, dia jadi bingung, Yun Seong pun sadar Ppo Song terus memandanginya, dia menatap Ppo Song yang masih saja terus menatapnya dengan padangan polosnya namun mencoba mengabaikannya. Ppo Song malah semakin tertarik dan semakin Intens memandangi wajah Yun Seong hingga mengubah posisinya jadi menopang dagu dengan lucunya, Da Jin jadi tertawa kecil melihat tingkah adiknya yang sepertinya membuat Yun Seong tidak nyaman.
Ppo Song berhenti memandangi Yun Seong, dia bertanya sesuatu pada Da Jin.
Ppo Song : kakak, guruku di TK menyuruhku untuk menghapalkan 5 jenis binatang yang hidup di kutub utara.
Da Jin : 5 binatang dari kutub utara?
Ppo Song mengangguk tanpa suara sementara Da Jin berpikir binatang apa saja yang hidup di kutub utara.
Da Jin langsung mengacungkan ke lima tangannya dan Ppo Song mengikutinya, Da Jin mulai mengabsen kelima binatang yang dia tahu hidup di kutub utara, beruang kutub, pinguin dan, dan, Da Jin berpikir. Ppo Song yang tadi ikut mengabsen pun ikut berpikir, Da Jin menatap Yun Seong dan berpikir keras binatang apa lagi ya?
Nampaknya pikiran Da Jin sudah buntu, dia tidak tahu binatang apalagi yang mungkin tinggal di kutub hingga akhirnya dia berkata 3 beruang kutub dan 2 pinguin, mereka bersama jadi 5 binatang Da Jin tampak bahagia menemukan jawaban itu.
Yun Seong yang mendengar jawaban Da Jin jadi ikut berpikir bagaimana bisa Da Jin begitu bodoh memberikan jawaban seperti itu pada pertanyaan adiknya. Tapi Ppo Song tidak peduli, dia tetap bahagia mendengar jawaban sang kakak dan berkata kapten, kau benar-benar hebat sambil memberikan dua jempol pada Da Jin.
Yun Seong masih tidak habis pikir mengapa kedua kakak beradik ini sangat aneh, Da Jin menatap Yun Seong yang menghela nafas karena pasti dia menganggap Da Jin bodoh dengan memberikan jawaban itu dan Ppo Song lebih bodoh karena menganggap itu hal yang luar biasa.
Tapi Da Jin tidak peduli, dia tetap tertawa bahagia bersama Ppo Song yang memperlihatkan dirinya semakin bodoh di mata Yun Seong.
Kedua orang teman seangkatan Da Jin memanggilnya tanpa suara, Da Jin melihat gelagat temannya dan menghampiri mereka berdua salah seorang teman Da Jin yang laki-laki mengeluhkan tentang tes SIM yang akan mereka jalani. Teman Da Jin yang perempuan berkata dia begitu gugup menghadapi hal ini Da Jin tertawa tenang jadi kalian gugup karena menghadapi test itu? makanya kalian harus belajar lebih rajin ayo kita belajar bersama. Kata Da Jin sambil merangkul kedua temannya ke dalam pelukannya di kanan dan kiri sambil tertawa bahagia, Da Jin sama sekali tidak terlihat khawatir menghadapi test ini.
Sepeninggal Da Jin, Ppo Song hanya berdua saja dengan Yun Seong, Ppo Song menawarkan permen pada Yun Seong.
Tapi Yun Seong menolaknya dan berkata bahwa dia tidak suka makanan manis.
Lalu Yun Seong pun memberitahu Ppo Song bahwa pinguin tidak hidup di kutub utara tapi hidup di kutub selatan, Ppo Song bertanya apa itu kutub selatan? Yun Seong menjawab kutub selatan adalah kebalikan dari kutub utara, Ppo Song mengerti.
Petugas jaga memberitahu Yun Seong bahwa ada pesawat kargo yang harus segera diterbangkan dan bertanya apakah Yun Seong siap melakukannya.
Yun Seong berkata dia siap Da Jin datang dan berkata bahwa dia pun siap untuk melakukannya.
Da Jin menitipkan Ppo Sang pada paman Choi Dal Ho.,Da Jin minta maaf karena selalu merepotkannya, paman Choi berkata bahwa anak dari ayah Da Jin adalah anaknya juga,jadi jangan merasa telalu sungkan.
Da Jin mengerti dan mengucapkan banyak terima kasih pada paman Choi, Da Jin menasehati Ppo Song untuk tidak nakal dan selalu menuruti apa yang dikatakan paman Choi.
Ppo Song mengangguk dan berkata baik kapten terbanglah dengan selamat sambil memberi hormat dengan lucu pada Da Jin.
Da Jin menjawab : Roger
Da Jin mensejajarkan badannya dengan Ppo Song dan bersiap menerima ciuman dari sang adik, Ppo Song langsung memberikan ciuman sayang di bibir Da Jin tidak lama Da Jin pun pamit karena akan melakukan penerbangannya. Ppo Song melambaikan tangannya dan berteriak, Eonni kembalilah segera aku menyanyangimu, Da Jin berbalik dan berkata bahwa diapun menyayangi Ppo Song sambil melakukan gerakan Love dengan tangannya.
Pesawat kargo pun terbang dengan tenang di atas langit, Da Jin bertindak sebagai co-pilotnya namun bukan Yun Seong kaptennya tapi kapten lain Da Jin berusaha bersikap hormat dengan berkata bahwa dia selalu berharap bisa terbang bersama sang kapten, kapten tersebut bertanya apakah Da Jin tahu tentang dirinya.
Da Jin tertawa dan berkata bahwa kapten tersebut adalah salah satu TOP pilot yang menjadi intrukstur terbang untuk presiden dan orang-orang penting di Korea, kapten tertawa dan berkata bahwa dia tidak sehebat itu.
Da Jin menatap radar dan menyadari ada gumpalan awan di hadapan mereka, dia bertanya apakah mereka harus kembali untuk menghindari tubulensi? kapten berkata tetap terbang seperti biasa saja jangan lakukan perubahan apapun Da Jin heran dengan keputusan sang kapten. Sang kapten berkata bahwa menembus awan itu lebih mudah dari pada kembali dan menghabiskan banyak biaya, percalah padanya, Da Jin tidak membantah tapi dia masih tidak mengerti dengan keputusan sang kapten.
Di kabin pesawat kargo, seorang pilot tertidur pulas saat dia bergerak dalam tidurnya, dompetnya terjatuh dari tempatnya tidur, Yun Seong masuk ke kabin tempat tidur, dia memungut dompet tersebut dan melihat foto keluarga sang pilot. Pilot tersebut bangun, Yun Seong mengembalikan dompetnya dan berkata bahwa foto keluarganya sangat harmonis, diapun bertanya berapa umur putranya? sang pilot menjawab 7 tahun.
Yun Seong berkata bahwa putranya sangat lucu, dia iri pada pilot tersebut tapi pilot tadi berkata itu bukan hal yang harus diirikan karena istrinya sudah meninggal setahun lalu dan sejak itu putranya selalu sendirian. Yun Seong jadi merasa bersalah karena telang mengingatkan sang pilot pada kenangan sedihnya, sang pilot bergunam pada dirinya sendiri bahwa dia akan kembali tidur.
Tiba-tiba pesawat terguncang hebat dugaan Da Jin benar pesawat mengalami turbulensi, Yun Seong langsung masuk ke kokpit. Kapten bertanya apakah ini sudah saatnya untuk bertukar shift? Yun Seong mengabaikan kata-kata sang kapten dan bertanya apa yang mereka bawa di Cargo pada Da Jin.
Da Jin menjawab mereka membawa peralatan medis dan beberapa obat-obatan, Yun Seong langsung menyuruh Da Jin mengeceknya tapi kapten berkata Da Jin tidak perlu melakukan itu karena pesawat hanya terguncang sedikit.
Yun Seong berkata apanya yang sedikit lalu bagaimana jika pesawat telah membuang-buang bahan bakar karena menghindar dari turbulensi, Yun Seong membentak Da Jin dan menyuruhnya segera pergi memeriksa.
Da Jin pun memenuhi intruksi Yun Seong lalu Yun Seong duduk di kursi Da Jin dalam kokpit, kapten tidak senang karena Yun Seong berani memerintah Da Jin, dia berkata kapten disini adalah aku dengan dinginnya Yun Seong berkata aku tidak percaya padamu. Tanggal 23 Mei 2008 di Hamburg, Jerman, pesawat kargo yang mengangkut alat-alat medis mengalami turbulensi dan mengalami kehancuran akibat kebocoran gas hingga menimbulkan ledakan besar apakah kau tahu? kapten makin tidak senang dan bertanya apakah kau sedang mengajari aku sekarang?
Belum sempat Yun Seong menjawab Da Jin datang dan melaporkan bahwa sabuk pengaman untuk barang-barang telah lepas.
Kapten sedikit terkejut mendengarnya, Yun Seong langsung bertanya jadi bagaimana? Da Jin melaporkan bahwa kini sabuk pengamannya telah dikunci kembali.
Yun Seong langsung menatap kapten dan bertanya apakah kau masih ingin aku mempercayaimu? kapten langsung tidak bisa berkata apapun.
Yun Seong langsung memakai sabuk pengaman di kursi Da Jin dan berkata I have, Da Jin terkejut mendengarnya karena itu artinya Yun Seong akan menggantikan dirinya mendampingin kapten mengemudikan pesawat.
Kapten kesal kapten Kim Yun Seong, Yun Seong menatap kapten dan berkata mulai saat ini akulah yang akan mengendalikan pesawat ini kapten makin kesal: Kim Yun Seong, Yun Seong tidak peduli dan mengambil kendali pada kemudi.
Kapten mencegahnya, mereka pun bertatapan penuh amarah sementara Da Jin terkejut melihat perseteruan dua kapten ini.
Yun Seong kembali berkata I have, kapten menatap Da Jin, ia sebenarnya ingin mempertahankan harga dirinya namun ia tahu itu tidak mungkin karena ia telah salah.
Setelah berpikir akhirnya ia berkata You have dan melepaskan tangannya dari Kim Yun Seong, dia membiarkan Yun Seong mengendalikan kemudi pesawat dan mundur teratur dari kursi kapten.
Paman Choi sedang bermain dengan Ppo Song saat Dong Soo masuk dan berkata dia sudah pulang.
Paman Choi bertanya mengapa Dong Soo berkata seperti itu seolah ini adalah rumahnya, Dong Soo mendekati paman Choi dan berkata dia sangat merindukan paman, dia memainkan pesawat mainan yang ada dimeja sementara Ppo Song menatapnya dengan polos.
Ppo Song sepertinya mengenali Dong Soo sebagai Oppa 300 won, Dong Soo menyadari Ppo Song menatapnya sejak tadi dan mengenali Ppo Song pada akhirnya.
Dong Soo : oh kau!
Ppo Song : oh Oppa 300 won!
Paman terkejut mendengar komentar Ppo Song dan menatap penuh tanya pada Dong Soo yang merasa tidak nyaman, Dong Soo akhirnya bertanya pada Ppo Song tapi kemana ibumu pergi? Ppo Song menjawab dia bukan ibuku, dia adalah Eonni-ku. Dong Soo terkejut Eonni? paman berkomentar mengapa kau bisa salah mengenali seorang gadis sebagai ibu? dasar tidak sopan, Dong Soo berdehem mendengar komentar paman Choi, Dong Soo menatap Ppo Song sekali lagi Eonni-mu.
Pesawat Kargo 987 mendarat dengan selamat Yun Seong, kapten dan Da Jin sedang melapor di kantor Wings Air, Da Jin memberi hormat pada kedua kapten.
Namun kapten menatap tidak senang pada Kim Yun Seong yang berdiri dengan wajah dingin tidak berkata apapun kapten menatap Yun Seong yang memberi hormat padanya, saat Yun Seong pamit, kapten berkata Kim Yun Seong, Yun Seong menatap kapten yang melanjutkan perkataannya, lari 100 kali. Da Jin terkejut mendengar perintah kapten namun tidak dengan Yun Seong yang langsung mengangguk dan berkata aku mengerti tanpa membantah sedikit pun dan pergi meninggalkan Da Jin dan kapten.
Yun Seong pun berlari di area pendaratan sebanyak 100 kali tanpa mengeluh, dia berlari dan terus berlari.
Da Jin dan Ppo Song kembali ke rumah dengan hati riang.
Namun mereka terkejut saat melihat barang-barang mereka dikeluarkan dari rumah sewaan dan sudah di pak untuk dipindahkan, Da Jin dan Ppo Song saling bertatapan.
Da Jin segera menelepon induk semangnya tapi malah mendapatkan jawaban yang tidak diharapkan induk semangnya berkata bahwa penyewa baru akan segera datang dan dia sudahtidak bisa lagi membantu Da Jin dan menyuruhnya segera meninggalkan rumah sewaannya. Da Jin mencoba memohon tapi induk semangnya langsung memutuskan panggilan.
Ppo Song melihat Da Jin yang berusaha membujuk induk semang, dia sedih melihat kakakyna, dia sadar mereka telah diusir, Ppo Song hampir menangis melihat hal itu Da Jin menatap Ppo Song, dia tidak tahu harus melakukan apa.
Yun Seong masih berlari, dia berlari dengan begitu kencang hingga dia tidak kuat lagi dan hampir terjatuh, Yung Seong berhenti dengan kelelahan namun dia kembali melanjutkan larinya.
Sementara Da Jin dan Ppo Song tidur di luar rumah sewaan mereka dengan barang-barang mereka.
Da Jin berusaha menghangatkan tubuh Ppo Song dengan memeluk tubuh kecil sang adik yang telah tertidur pulas serta menggosok-gosokan tangannya. Da Jin melepaskan syal yang dipakainya dan memakaikannya pada Ppo Song, Da Jin memeluk Ppo Song lebih erat dan berkata Ppo Song maaf, maaf ya? mendengar Da Jin terus mengatakan maaf padanya.
Ppo Song lansung menutup mulut Da Jin dengan tangan mungilnya dan mata masih terpejam.
Da Jin melepaskan tangan Ppo Song dari mulutnya dan tersenyum sambil memeluk Ppo Song lebih erat lagi.
Ppo Song mulai batuk-batuk kecil, Da Jin khawatir, dia semakin erat memeluk Ppo Song sambil berkata PPo Song, Ppo Song dan terus memeluk Ppo Song mencoba menghindarkan Ppo Song dari cauaca dingin.
Sedangakan Yun Seong masih berlari di lapangan bandara saat lap terakhirnya selesai dia menjatuhkan dirinya di lapangan dan berbaring di lapangan bandara sambil menatap langit, dia membuka resleting jaketnya kemudian berteriak keras memecah kelamnya langit malam itu.
Da Jin akhirnya memutuskan menerima tawaran paman Choi untuk tinggal di rumahnya agar Ppo Song bisa tidur nyaman dalam sebuah ruangan.
Paman Choi datang ke kamar baru Da Jin membawakan minuman, dia berkata pada dirinya sendiri karena ruangan yang kini ditempati Da Jin telah lama kosong, dia baru sadar bahwa ruangan itu sangat dingin, paman Choi menatap Ppo Song yang telah tertidur lelap dengan sebuah kompres di keninggnya untuk mengembalikan suhu tubuh normalnya. Paman Choi berkata pada Da Jin, kau bisa masuk kapanpun kau mau ke rumah ini tapi kau tidak bisa pergi seenakanya Da Jin tertawa mendengar kata-kata paman Choi namun tidak berkata apapun. Paman Choi menyuruh Da Jin untuk istirahat dan meninggalkan Da Jin dan Ppo Song di dalam kamar mereka.
Da Jin menatap Ppo Song dan berkata besok kakak akan melakukan tes Simulasi, kakak berada dalam masalah besar tapi kau tetap mempercayai kakak kan? kakak akan melakukan yang terbaik besok jadi kakak bisa membayar semua hutang.
Lalu kita bisa tinggal di rumah yang lebih bagus dari disini aku janji Da Jin tertawa melihat Ppo Song yang masih tertidur sangat terlihat bahwa dia ingin membahagiakan adiknya itu. Da Jin melanjutkan perkataannya oleh karena itu Urri Ppo Song tidak boleh sakit, kau harus selalu ada disampingku, kau janji? Da Jin menghela nafas dengan penuh senyuman lalu mulai merasakan dinginnya malam.
Da Jin pun mengikuti Ppo Song untuk berlindung dibalik selimut hingga esok paginya, Da Jin terlelap sambil memeluk Ppo Song dari belakang.
Hari tes simulasi pun tiba Kim Yun Seong bertindak sebagai penguji khusus karena dia sangat detail dalam melaporkan keaadaan dalam setiap masalah penerbangan yang terjadi teman Da Jin gugup menghadapi tes ini Da Jin berusaha tenang namun sesungguhnya dia pun gugup.
Ingat kapten pilot yang yang menyuruh Yun Seong lari keliling lapangan terbang? dia mengikuti tes simulasi ini dan gagal.
Saat keluar dari set simulasi, kapten berjalan gontai, Yun Seong memanggilnya dan menyebutnya pembunuh karena jika dalam keadaan real, kapten pasti sudah membunuh 300 penumpang dengan pendaratan seperti itu.
Kapten tidak terima dengan kata-kata Yun Seong dan bilang bahwa Yun Seong pun sama saja dengannya dengan tegas Yun Seong berkata bahwa penyebab kapten hari ini gagal tes adalah karena kapten terlalu berbangga diri. Yun Seong berkata bahwa pilot seperti kapten yang tidak takut apapun bisa menjadi bom yang merenggut nyawa orang yang tidak bersalah, Yun Seong dengan kejam berkata sebaiknya kapten berhenti saja jadi pilot dari sekarang.
Da Jin melihat kejadiaan ini mendengar semua perkataan Yun Seong pada kapten karena sekarang gilirannya melakukan tes simulasi.
Kapten melihat Da Jin, dia merasa sedikit malu apalagi saat Da Jin memberinya salam, kapten tidak tahu harus berkata apa dia hanya bergunam pada dirinya sendiri, berbangga diri? kapten pun pergi Da Jin menatap kapten dengan perasaan iba.
Da Jin dipanggil untuk tes simulasinya, Da Jin pun masuk ke set simulasi, dia berpatner dengan kapten Jang Dae Yeong, pilot yang dompet dipungut Yun Seong saat penerbangan pesawat Kargo beberapa waktu lalu. Da Jin memberi salam dan berharap mereka bisa bekerja sama dengan baik namun kapten Jang mengacuhkannya.
Tes pun dimulai Da Jin sungguh berusaha keras untuk tes ini namun kapten Jang nampak tidak bersemangat dan asal-asalan saat set tes mulai bergoncang, Da Jin mengusulkan beberapa alternative pemecahan masalah namun kapten Jang tidak peduli dan malah asyik dengan pikirannya sendiri.
Da Jin mulai panik, kapten akhirnya menanggapi namun terlambat masalahnya jadi makin rumit dan guncangan semakin besar pada akhirnya mereka berdua tidak bisa mengatasi masalah ini dengan baik dan membuat tes simulasi yang mereka dijalani dinyatakan gagal.
Da Jin keluar dari set dengan wajah kusut sementara kapten Jang terlihat biasa saja sama sekali tidak terlihat kesal dengan kegagalan ini.
Yun Seong yang sejak tadi mengawasi tes yang mereka lalukan mendekat ke arah keduanya, Yun Seong berkata pada kapten Jang, aku tahu kau ingin menyerah tapi ini terlalu jauh Da Jin dan kapten Jang berbalik melihat Yun Seong yang kemudian berkata kapten Jang Dae Yeong apakah hanya sebatas itu kemampuanmu?
Apa bagimu kokpit itu sebuah permainan? apakah nyawa 300 penumpang merupakan permainan bagimu? dengan sikapmu yang seperti ini berhenti menjadi pilot adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan banyak orang jangan membahayakan orang lain lagi cukup dirimu saja yang hancur dan mengalami kerusakan.
Jang Dae Yeong sama sekali tidak membalas kata-kata Yun Seong malah Da Jin yang mengintrupsi Yun Seong.
Kapten Kim bukankah itu terlalu keras? apakah kau harus mengatakan hal seperti itu saat ini? Yun Seong langsung menatap Da Jin dan bertanya lalu Apakah aku harus menghiburnya sekarang?
Pilot yang tidak mampu dan tidak berkualifikasi memiliki perbedaan yang sangat besar setelah kau membunuh orang apa kau ingin dihibur?
Jang Dae Yeong tidak berkata apapun dan pamit pada Yun Seong dan Da Jin, Da Jin terlihat sangat tidak nyaman pada keadaan ini dia jelas tidak suka dengan semua kata-kata Yun Seong pada kapten Jang, Yun Seong tahu hal itu tapi itulah yang harus dilakukannya.
Yun Seong pun memberi nasihat pada Da Jin jika Da Jin tidak ingin gagal pada tes kedua, Da Jin lebih baik mengganti patner tesnya.
Da Jin tidak menanggapi saran Yun Seong dan pamit dengan hati yang masih tidak nyaman.
Da Jin mengejar kapten Jang dan mengajaknya untuk datang ke set simulasi besok jam 3 agar mereka bisa latihan untuk tes simulasi berikutnya, kapten Jang tidak menanggapinya. Da Jin berkata masih ada kesempatan untuk lulus di tes kedua bukankah mereka sebaiknya berusaha sebaik mungkin kapten Jang masih tidak menggubris dan malah pergi begitu saja.
Da Jin dan dua orang temannya berakhir di kedai minuman, Da Jin stress karena tidak lulus di tes simulasi padahal kedua temannya saja lulus.
Kedua temannya bahkan heran mengapa orang yang sedang gagal tes malah begitu bernafsu makan, Da Jin bilang dia harus banyak makan agar kuat membuat kedua temannya melongo melihat kelakuannya.
Dong Soo datang ke kedai yang sama dengan tempat Da Jin dan temannya makan, Dong Soo mendengarkan kata-kata teman Da Jin yang heran mengapa Da Jin bisa gagal tes simulasi.
Dong Soo tertawa meremehkan mendengar hal ini dan langsung berkomentar jadi benar-benar ada ya? seorang pilot yang gagal tes simulasi? setelah semua kau pelajari berhari-hari dan kau gagal? aku saja bisa mengemudikannya dengan mata tertutup seperti ini?
Da Jin tidak senang mendengar komentar Dong Soo yang meremehkannya.
Da Jin langsung mendatangi Dong Soo dengan hati kesal, dia berkata pada Dong Soo apa yang sebenarnya kau pikirkan tentang kami? seragam yang Stylish dengan strip emas? apa kau tahu apa artinya tes simulasi bagi seorang pilot? Dong Soo langsung menunduk, dia tidak mengira Da Jin akan semarah ini.
Jika kami gagal dua kali maka kami harus melepaskan seragam kami, uji kesehatan, pemeriksaan perushaan dan tes simulasi dilakukan dua bulan sekali ada 12 bulan dalam setahun, kami melewati ujian seperti siswa sekolah, kami hanya memiliki rentang hidup setiap dua bulan jika kami gagal, kami akan berakhir di jalanan. Da Jin menjalaskan apa yang dialami seorang pilot selama hidupnya pada Dong Soo yang meremehkan profesinya, Dong Soo hanya bisa menatap Da Jin yang masih terlihat kesal, dia tidak berani membalas satu patah kata pun dari Da Jin.
Tapi apa kau bilang? kau bisa melakukannya sambil menutup mata? sambil menutup mata? tanya Da Jin penuh amarah.
Dong Soo mencoba menjelaskan bukan itu maksudnya tapi Da Jin tidak mau dengar dia kembali bertanya apa kau ingin mati? sambil menodongkan sendok yang dipegangnya sejak tadi pada Dong Soo.
Kau hanya bisa berkata-kata saja kata Da Jin kesal lalu pergi meninggalkan Dong Soo yang mulai merasa bersalah dengan apa yang telah dikatakannya, Da Jin kembali ke mejanya dan mengajak kedua temannya meneruskan makan. Dong Soo melihat Da Jin, dia benar-benar merasa bodoh dengan apa yag telah dikatakannya, dia hanya tak menyangka reaksi Da Jin akan seekstrim itu.
Da Jin mondar mandir di tempat tes simulasi, dia menanti kapten Jang yang tidak kunjung datang untuk latihan, Da Jin cemas dan terus melihat jam tangannya, Da Jin mulai putus asa akhirnya dia berguman pada diri sendiri, dia harus mengganti patnernya, dia harus melakukan itu.
Maka pergilah Da Jin ke rumah kapten Jang bermaksud meminta maaf karena dia berniat mengubah patner untuk tes simulasi putaran kedua. Di perjalanan menuju rumah kapten Jang, Da Jin berusaha berlatih untuk melakukan permintaan maaf ini tapi Da Jin masih kebingungan bagaimana dia harus melakukan hal itu dia pun jadi frustasi sendiri.
Da Jin meneruskan perjalanan sambil berlatih apa yang akan dikatakannya pada kapten Jang.
Da Jin pun hampir tiba di kediaman kapten Jang, sayangnya Da Jin malah melihat kapten Jang yang sedang terburu-buru tampak seperti akan keluar rumah.
Da Jin pun mengikuti kapten Jang yang mendatangi sebuah taman kanak-kanak, Da Jin mencari keberadaan kapten Jang dan akhirnya menemukannya sedang minta maaf pada seorang wanita karena kelakuan anaknya yang telah memukul anak dari wanita tadi.
Kapten Jang meminta maaf dan berjanji hal itu tidak akan terjadi lagi Da Jin melihat kejadian itu dia pun melihat bahwa anak kapten Jang pun terluka, dia kemudian menghela nafas.
Kapten Jang memarahi putranya yang bernama Bo Ram karena telah berani berkelahi saat mereka keluar dari sekolah, Da Jin menemui kapten Jang dan berkata bahwa dia telah menunggu selama dua jam apakah kapten Jang lupa hari ini mereka akan latihan? kapten Jang hanya diam.
Saat Da Jin berkata bahwa ada sesuatu yang ingin dia katakan, kapten Jang langsung menyela dengan berkata sesuatu pada Da Jin.
Ganti saja patnermu, Da Jin terkejut mendengar kata-kata kapten Jang.
Da Jin : apa?
Kapten Jang : apa kau tidak mengerti bahasa Korea? aku berkata ganti saja patnermu, aku sudah menyerah.
Da Jin : sebenarnya aku datang untuk mengatakan padamu bahwa aku ingin mengganti patnerku tapi aku tidak tahu bagaimana harus mengatakanya, aku merasa bersalah karena hal ini tapi sepertinya aku tidak seharusnya merasa begitu.
Da Jin menatap kapten Jang yang kini tak berani menatap Da Jin.
Da Jin : menyerah? mengapa kau bisa berkata kau menyerah dengan mudah? apa kau tidak punya kebanggaan menjadi seorang pilot?
Kapten Jang tertawa terbahak lalu berkata kebanggan? jika aku akan pergi dan gagal melalui tes maka aku akan mati apakah kau akan itu mati bersamaku? lalu bagaimana aku harus melindungi kebanggaan menjadi seorang pilot?
Da Jin : bukan itu yang aku maksud.
Kapten Jang : satu-satunya jalan terbaik agar kau bisa bertahan hidup adalah membiarkan aku menyerah pulanglah dengan merasa bersyukur.
Lalu Kapten Jang dan putranya pergi meninggalkan Da Jin di depan taman kanak-kanak itu Da Jin kembali merasa frustasi.
Guru dan ibu teman Bo Ram keluar sekolah, gurunya meminta maaf untuk kelakuan Bo Ram, guru menjelaskan bahwa ibu Bo Ram telah meninggal karena kecelakaan mobil beberapa waktu lalu. Ibu teman Bo Ram mengerti mengapa Bo Ram jadi seprti itu karena dia merasa kehilangan ibunya, Da Jin terkejut mendengar semua itu.
Da Jin memikirkan kata-kata guru Bo Ram bahwa pasti sulit bagi ayah Bo Ram membesarkan Bo Ram sendirian padaha Bo Ram sangat bangga memiliki ayah seorang pilot, Da Jin kemudian memutuskan sesuatu untuk hal ini.
Da Jin kembali menemui kapten Jang, Da Jin berkata pada kapten Jang untuk tidak meyerah, Da Jin berkata bahwa Bo Ram pasti tidak ingin hal itu terjadi Bo Ram pasti bermimpi untuk jadi seperti ayahnya suatu hari nanti jadi jangan mengecewakannya. Kapten Jang berkata bahwa Da Jin terlalu sok tahu jika tidak tahu masalah sebenarnya, Da Jin berkata mungkin orang lain tidak akan mengerti tapi dia mengerti bagaimana beratnya membesarkan seorang anak sendirian.
Da Jin lalu menceritakan bahwa orang tuanya meninggal 7 tahun lalu dan selama ini dia harus membesarkan adiknya seorang diri.
Kapten Jang kaget mendengar hal ini dia berbalik dan menatap Da Jin, Da Jin berkata setiap dia akan pergi untuk terbang, aku harus menitipkannya pada orang lain atau kadang membawanya saat bekerja, dia sudah seperti kartu kredit yang bisa ada dimana saja aku merasa sangat bersalah dan kasihan padanya. Setiap kali terjadi sesuatu padanya, aku selau ingin meyerah entah itu saat perutnya sakit atau dia terkena demam, aku tetap menitipkannya pada orang lain saat aku harus terbang.
Saat dia memasuki sekolah dasar, aku tidak bisa pergi piknik bersamanya atau bermain dengannya dalam satu tim tapi Urri Ppo Song selalu berkata bawa dia bangga padaku, dia berpiki bahwa seorang pilot lebih hebat dari seorang presiden, dia bilang dia bangga padaku saat aku memakai seragam. Jadi meskipun aku memiliki adik yang sakit, aku tidak bisa menyerah, aku tidak akan menyerah karena Urri Ppo Song sangat bangga padaku karena itu adalah harapannya. Bo Ram pun pasti merasakan hal yang sama Da Jin mengatakan semuanya dengan mata berkaca-kaca hampir mengangis tapi dengan senyuman terkembang di wajahnya, kapten Jang hanya bisa menatap Da Jin tanpa bisa berkata apa-apa.
Da Jin menghela nafas dan berkata gagal pada tes simulasi adalah hal yang memalukan bagi seorang pilot. tolong jaga kebanggan sebagai seorang pilot hingga akhir, kapten itu untukmu, untuk Bo Ram juga jadi aku harap kau jangan menyerah.
Aku memohon padamu kata Da Jin sambil berakhir dengan membungkukan badannya dan tersenyum lalu memberikan semangat pada kapten Jang lalu Da Jin pun pergi meninggalkan kapten Jang untuk berpikir.
Da Jin berjalan pulang menuju rumahnya melewati rumah Yun Seong tidak lama mobil Yun Seong pun tiba di depan rumahnya, Yun Seong keluar dari mobil saat Ppo Song berlari menyambut kedatangan Da Jin.
Kapten kata Ppo Song sambil berlari menuju Da Jin, Yun Seong mendengar panggilan itu dan menoleh, dia melihat Da Jin dan Ppo Song sedang bersama, Da Jin memeluk Ppo Song dan bertanya sedang apa Ppo Song diluar dia bercanda dengan Ppo Song dan tertawa bersama tampak sangat bahagia. Da Jin pun mengajak Ppo Song pulang sambil bernyanyi bersama, Yun Seong melihat semua itu dari kejauhan, dia merasa terharu melihat keakraban antara Da Jin dan Ppo Song.
Yun Seong terus menatap Da Jin dan Ppo Song yang semakin menjauh, Yun Seong menatap mereka seolah merindukan kehangatan keluarga karena selama ini dia selalu hidup sendiri.
Tanpa Yun Seong sadari, Hong In Tae memperhatikannya dari halaman rumahnya, dia menatap tidak senang pada Yun Seong.
Hari tes simulasi kedua pun tiba Da Jin datang ke bandara dengan wajah sumringahnya, dia menyapa setiap orang yang ditemuinya, Yun Seong melihat Da Jin dan memanggilnya, Yun Seong bertanya apakah Da Jin mengganti patnernya, Da Jin bilang dia tidak akan mengganti patnernya.
Yun Seong kecewa mendengar hal itu dan bertanya apakah menurut Da Jin itu adalah keputusan yang bijak. Da Jin berkata Yun Seong bilang dia adalah pilot yang buruk tapi dia tidak bisa menjadi orang yang buruk dnegan meninggalkan orang-orang yang menghambatnya. Da Jin ingin berjuang bersama bukan meninggalkannya di belakang meskipun mungkin dia akan jatuh karena hal itu.
Da Jin pun pamit pada Yun Seong yang masih heran dengan pemikiran Da Jin dan sikap ceria yang ditunjukkannya pada semua orang, Yun Seong pun masih menatap Da Jin dari kejauhan saat Da Jin berjalan menuju tempat tes simulasi. Tes simulasi putaran kedua dimulai Da Jin sudah bersiap-siap tapi kapten Jang belum datang penguji bertanya kemana kapten Jang, Da Jin berkata tunggu saja sebentar lagi dia pasti akan datang. Tidak lama kapten Jang pun datang secara tersirat kapten Jang berterima kasih pada Da Jin karena membuatnya tidak menyerah.
Tes simulasi pun dimulai semuanya berjalan lancar saat masalah terjadi Da Jin menarankan agar mereka mulai terbang ke arah kiri namun kapten Jang berkata ini bukan waktunya.
Kapten Jang mengunggu waktu yang tepat dan masalah pun dapat diatasi dengan sangat baik, Da Jin tersenyum karena dengan ini mereka tentu saja akan lulus tes.
Kapten Jang bertanya pada Da Jin apakah dengan ini dia sudah memenuhi kualifikasi sebagai ayah?
Da Jin mengiyakan dan mengatakan bahwa kapten Jang adalah kapten yang hebat.
Yun Seong yang mengawasi tes ini dari ruang pengawas tertegun melihat perubahan besar dalam diri kapten Jang, dia masih tidak mengerti bagaimana orang seperti Da Jin bisa merubah orang hanya dalam hitungan hari.
Hari pun berganti, Da Jin bersiap untuk penerbangan berikutnya, dia melihat kapten Jang bersama Bo Ram dan menyapa mereka, Bo Ram berkata bahwa hari ini dia akan terbang bersama ayahnya, Da Jin iri dan berkata diapun ingin mengajak Ppo Song terbang bersama. Kapten Jang akan mengemudikan pesawat pada shift kedua, Da Jin berkata dia akan mendampingi kapten dengan baik hari ini. Kapten Jang kemudian meminta Bo Ram untuk pergi lebih dulu dan menunggunya di kursi tunggu karena dia ingin berbicara dengan Da Jin.
Kapten Jang berterima kasih pada Da Jin tapi dia berkata setelah penerbangan hari ini dia akan melepaskan seragamnya bukan berarti dia menyerah, dia hanya berpikir inilah waktunya untuk berhenti.
Da Jin terkejut mendengarnya dan mencoba mencegahnya namun keputusan kapten Jang sepertinya sudah bulat, dia pun pamit pada Da Jin.
Bo Ram tertidur di kursi pesawat di samping ayahnya.
Bo Ram terbangun diam-diam, dia berkata pada sebuah kotak yang dibawanya, Omma tunggu sebentar lagi ya?
Bo Ram berjalan dan mencoba membuka pintu pesawat yang ada di dekat kursinya namun dia kesulitan dan berjalan lagi mencari pintu lain yang bisa dia buka.
Bo Ram mencoba membuka pintu pesawat yang ada di dekat toilet tentu saja dia pun tidak bisa membukanya dengan mudah sialnya ada seorang penumpang yang melihat aksinya itu penumpang itu langsung menyeret Bo Ram dan membawanya pada pramugari, kericuhan mulai terjadi di kabin.
Penumpang itu meributkan bagaimana bisa orang tua anak itu membiarkan anaknya berkeliaran dan mencoba membuka pintu pesawat bukankah itu akan membahayakan banyak orang, penumpang bertanya siapa orang tua Bo Ram.
Kapten Jang terbangun mendengar keributan, dia terkejut saat menyadari Bo Ram tidak ada disampingnya kapten Jang segera pergi ke kabin, penumpang tersebut bertanya apakah kapten Jang orang tua Bo Ram?
Kapten Jang hanya minta maaf dan mulai memarahi Bo Ram.
Kapten Jang memukul pantat Bo Ram sambil bertanya mengapa Bo Ram melakukan hal itu?
Kapten Jang berkata mengapa Bo Ram tidak mendengarkannya bukankah ayahnya sudah mengatakan bahwa Bo Ram tidak boleh pindah dari tempat duduknya.
Bo Ram menangis dan berkata bahwa dia membenci ayahnya karena tidak mengerti perasaannya, Bo Ram terus menangis, kapten Jang kembali memukul pantatnya hingga kotak yang dibawa Bo Ram terbuka ternyata isi kotak itu adalah surat-surat yang ditulis Bo Ram untuk ibu nya di surga.
Kapten Jang melihat surat-surat itu dan menatap Bo Ram yang masih menangis karena kemarahannya, semua penumpang dan kru kabin merasa terharu melihat surat-surat Bo Ram.
Lee Joo Ri menghubungi kokpit terjadi sedikit keributan di kabin dan penumpang sedikit sulit ditenangkan padahal mereka sudah menjelaskan bahwa pintu pesawat tidak akan bisa dibuka oleh seorang penumpang.
Temannya menyuruh Joo Ri berhenti karena kapten Jang langsung yang meminta maaf pada para penumpang. Kapten Jang membungkukan badannya, dia meminta maaf pada para penumpang, dia menjelaskna bahwa ibu Bo Ram meninggal setahun yang lalu karena sebuah kecelakaan mobil karena dia seoranf pilot, dia jadi jarang dirumah untuk menghilangkan kesepian Bo Ram setelah kematian ibunya.
Beberapa hari yang lalu sekolah TK Bo Ram pun menelepon dirinya dan mengatakan bahwa Bo Ram berkelahi dengan temannya saat kapten Jang bertanya mengapa dia melakukan itu kata temannya mengejeknya dan menyebutnya bodoh, baru-baru ini Bo Ram belajar menulis di sekolahnya setiap hari dia menulis surat untuk ibunya. Temannya menyebut dia bodoh karena menuliskan surat pada ibunya yang telah meninggal kemana dia akan mengirimkannya, Bo Ram berkata bahwa ibunya ada di surga dan dia tidak meninggal.
Karena Bo Ram mempercayai bahwa ibunya ada di surga, dia berpikir jika dia mengirimkan suratnya dari langit, suratnya tersebut akan sampai ke ibunya yang ada di surga tanpa sepengatahuannya Bo Ram membawa semua surat itu hari ini dan berpikir bahwa wajah ibunya pasti bahagia saat menerima suratnya. Dia berpikir dia bisa mengirimkan surat untuk ibunya jika dia bisa membuka pintu pesawat dan melemparkan semua surat itu dari pesawat.
Kapten Jang meminta maaf pada semua penumpang dan meyakinkan bahwa pintu pesawat tidak akan bisa terbuka karena dia seorang pilot yang mengetahui itu dengan baik jadi kapten Jang berharap para penumpang bisa melewati penerbangannya dengan tenang. Kapten Jang kembali menundukan kepalanya untuk meminta maaf pada para penumpang, para kru kabin terharu melihat hal tersebut penumpang yang memarahi Bo Ram tadi pun jadi sedikit tidak enak hati karena sudah membuat keributan di kabin.
Da Jin dan Yun Seong yang ada di kokpit mendengar semua perkataan kapten Jang, Da Jin bertanya apakah mereka bisa mewujudkan harapan Bo Ram menjadi kenyataan mungkin mereka bisa membuka pembuang asap untuk menyebarkan surat-surat itu keluar?
Yun Seong langsung berkata apakah Da Jin kehilangan pikirannya, Da Jin berkata bukankan ada kemungkinan untuk melakukan hal itu walaupun hanya satu surat saja Yun Seong dengan tegas berkata dalam sebuah penerbangan dia tidak bisa membiarkan sesuatu yang akan membahayakan penerbangan mereka terjadi begitu saja. Da Jin mencoba membujuk Yun Seong tapi Yun Seong dengan tegas menyuruh Da Jin mengecek cuaca.
Pesawat mereka pun tiba di bandara Australia dengan selamat, kapten Jang menuntun Bo Ram dan mengajaknya duduk di kursi tunggu kapten Jang membenarkan tali septum Bo Ram yang kendor, Bo Ram meminta maaf pada ayahnya dan mengakui kesalahannya, kapten Jang berkata dia tidak apa-apa. Bo Ram berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi kapten Jang pun meminta maaf karena selama ini hanya bisa marah dan menyalahkan Bo Ram tanpa tahu perasaannya. Bo Ram bilang tidak apa-apa dia baik-baik saja kapten Jang lalu memeluk Bo Ram dengan penuh kasih sayang.
Yun Seong melihat momen indah itu dengan hati terharu.
Da Jin mendatangi beberapa tempat penyewaan pesawat Cessna.
Dia ingin menyewa sebuah pesawat dan menerbangkannya untuk memenuhi impian Bo Ram tapi semua tempat itu menolaknya lalu Da Jin teringat bahwa Kim Yun Seong dulunya bekerja di TY Airlines.
Da Jin pun mendatangi Kim Yun Seong yang sedang bersantai di pinggir kolam renang hotel.
Da Jin meminta bantuan Yun Seong untuk meminjamkan pesawat Cessna dari TY Airlines untuk bisa mewujudkan impian Bo Ram.
Tapi Yun Seong hanya mengabaikannya sambil melepas baju handuknya untuk siap-siap berenang.
Da Jin melihat luka bakar di punggung Yun Seong tapi segera mengabaikannya.
Da Jin kembali memohon tapi Yun Seong malah berkata bahwa itu bukan hal yang harus dilakukan Da Jin dan sebaiknya Da Jin mengecek jadwal penerbangan selanjutnya saja sambil berjalan ke tepi kolam renang.
Yun Seong mulai mengambil aba-aba dan menenggelamkan dirinya ke dalam kolam renang sama sekali tidak menggubris panggilan Da Jin, Da Jin merasa dirinya bodoh karena telah memohon hal ini pada Yun Seong, dia pun pergi meninggalkan kolam renang.
Saat Yun Seong tiba di sisi kolam yang lainnya, Yun Seong keluar dari air dan melihat Da Jin yang beranjak pergi.
Dia menghela nafas kemudian kembali masuk ke dalam air.
Pagi hari di Australia, Da Jin terbangun mendengar dering ponselnya, dia mencari-cari ponselnya masih dengan mata terpejam, dia segera mengangkat panggilan di ponselnya setelah menemukannya. Da Jin terkejut mendengar kabar yang dia dengar, Da Jin segera berpakaian dan keluar dari kamarnya dengan wajah riang.
Di depan pintu lift dia bertemu Yun Seong yang menatapnya aneh karena penampilan Da Jin yang acak-acakan.
Da Jin berkata dia sedang buru-buru dan berkata bahwa dia sudah mendapat pinjaman pesawat Cessna untuk mewujudkan impian Bo Ram itu membuktikan bahwa di dunia ini masih ada orang baik, Yun Seong tidak menanggapi Da Jin sepeti biasa Da Jin pun pamit.
Kapten Jang, Da Jin dan Bo Ram melakukan penerbangan bersama dengan pinjaman pesawat Cessna dari TY Airlines.
Sementara Yun Seong melihat pesawat Cessna itu dari sebuah taman.
Di dalam pesawat, Bo Ram membuka kotak suratnya dan mulai menerbangkan surat-surat itu dari udara dengan hati riang berikut ini salah satu surat Bo Ram untuk ibunya, ibu ketika aku tumbuh dewasa, aku akan menjadi pilot seperti ayah.
Jadi aku bisa sering terbang agar bisa bertemu denganmu, ibu jangan mencemaskan aku, aku akan baik-baik saja aku akan bertahan saat merindukanmu, ibu, aku mencintaimu.
Di kantor Wings Air, seorang kabin manager baru telah datang dia adalah Choi Ji Won, pramugari yang dulu gagal membantu ibu Da Jin saat melahirkan.
Apakah yang akan terjadi pada ketiga orang ini selanjutnya?
Credit : http://cakrawala-senja-1314.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar